TIDAK MUNGKIN TAPI BISA
13.06.00 | Author: Pak Eko

Sahabat Indonesia yang super,

yang sedang bekerja keras untuk menjadikan diri dan keluarga tercintanya
hidup dalam kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecemerlangan.

Mudah-mudahan sapa saya di hari Senin yang super ini mendapati Anda dalam kesehatan dan kesungguhan kerja yang indah.

Berikut adalah dasar pikiran dari program MTGW kita yang ditayangkan oleh rekan-rekan baik kita di Metro TV.

Please kindly enjoy, absorb, and apply.

...........

MARIO TEGUH GOLDEN WAYS
TIDAK MUNGKIN TAPI BISA

...........


Sahabat saya yang hatinya baik,

Melihatlah ke belakang, dan Anda akan banyak melihat hal yang tadinya tidak mungkin bagi Anda, tetapi sekarang telah Anda capai.

Sehingga sebetulnya, hal-hal yang sekarang Anda rasakan sebagai yang tidak mungkin itu,
adalah hal-hal yang belum Anda hidupi dengan wajar, yang nanti juga akan menjadi hal wajar yang mengisi kehidupan Anda di masa depan.

Maka inginkanlah yang besar.

Perhatikanlah bahwa;

Tingkat keinginan Anda ditentukan oleh penghormatan Anda kepada diri sendiri.

Berfokuslah pada yang bisa Anda kerjakan, bukan pada yang akan Anda dapat, lalu perhatikan apa yang terjadi.

...........


Sahabat saya yang terkasih,

Setelah melaksanakan taping dari 5 MTGW di hari Sabtu dan Minggu kemarin, hari ini adalah hari istirahat saya.

Bagaimana pun bersemangat-nya saya dalam pekerjaan saya, saya juga sudah tidak muda lagi.

Saya iri sekali dengan adik-adik saya yang usianya setengah dari saya, dan mampu untuk bersantai-santai saat dunia sibuk sekali membangun kehidupan yang baik.

Seandainya Tuhan berkenan untuk menghadiahkan waktu dan tenaga yang disia-siakan oleh mereka itu,
untuk memperbesar kebaikan yang bisa kita upayakan,
akan banyak sekali yang bisa kita bangun bagi kebaikan kehidupan banyak orang,
... alangkah indahnya kehidupan ini.

...........

Loving you all as always,

Mario Teguh
KEKASIHKU PENYIKSAKU
11.48.00 | Author: HAEDAR SALMAN


Apakah yang akan dilakukan oleh anak Anda yang berusia 11 bulan,
jika Anda berikan kepadanya anak ayam yang baru menetas?

...........

Dia akan memegang anak ayam itu dengan sangat erat
karena kegembiraan dan ketakutan akan kehilangan mainan barunya.

Dan eratnya genggaman sang bayi akan menyiksa dan
akhirnya mematikan anak ayam yang disayanginya itu.

Marilah kita renungkan hal itu,
dan petik pelajarannya bagi pemuliaan kehidupan kita
bersama mereka yang kita kasihi.

Maka,

Janganlah kekhawatiran Anda tentang yang Anda sayangi,
menyiksa yang Anda sayangi.

Mario Teguh

Quoted from: Mario Teguh Super Club


...........

Anda tidak akan mencapai kebesaran yang Anda idamkan dengan mengkhawatirkan hal-hal kecil, memikirkan yang kecil-kecil, dan melakukan yang kecil-kecil.

Ukuran Anda ditentukan oleh ukuran dan kualitas dari fokus Anda.

...........







Yang Anda pikirkan, menentukan yang Anda lakukan. Dan yang Anda lakukan, menentukan yang Anda hasilkan. Maka ukuran dan kualitas dari pikiran Anda, menentukan ukuran dan kualitas hasil dari pekerjaan Anda.  

Perhatikanlah, orang-orang yang tidak membangun ukuran dan kualitas dari yang mengisi pikirannya, akan berteman dalam pergaulan yang meributkan perkara-perkara kecil, takut menginginkan yang besar, memilih pekerjaan dan tanggung-jawab kecil, menyombongkan kelebihan yang kecil, dan menjadikan dirinya pantas untuk dihargai kecil.

Maka anjurannya bagi kita, adalah agar kita memilihkan isi bagi pikiran kita, yang ukuran dan kualitasnya akan mengutamakan kita dalam pergaulan yang baik, dalam pekerjaan yang baik, dan dalam menghasilkan yang baik.

………..


Sahabat-sahabat saya yang terkasih,

Mudah-mudahan catatan kecil di atas dapat membantu proses penyederhanaan pikiran dan perasaan kita, agar kita hanya mengisi pikiran dan mewarnai perasaan dengan hal-hal yang berpihak kepada kebesaran dan kejayaan kehidupan kita.

Marilah kita berfokus memikirkan, merasakan, dan melakukan yang sudah jelas-jelas harus kita lakukan untuk menjadikan kita pribadi yang lebih kuat dari masalah-masalahnya.

Lakukanlah yang bisa Anda lakukan. Serahkan semua yang berada di luar kemampuan Anda, kepada Tuhan. Beliau adalah sebaik-baiknya wakil dan penyelesai masalah.

Kedamaian dalam berserah, adalah penunjuk tingkat iman.

Mohon disampaikan salam sayang untuk keluarga tercinta, dari Ibu Linna dan saya.

Sampai kita bertemu dan berjabat-tangan nanti.

Mario Teguh

Founder | MTSuperClub | 081-211-56900 | For The Happiness Of Others | Jakarta

Quoted from: MTSC

Perjalanan Panjang Menemukan Jalan Cahaya
16.01.00 | Author: HAEDAR SALMAN
Kita adalah jiwa-jiwa yang gelisah. Seperti Lionel Wallace, tokoh yang terdapat dalam salah satu cerpen karya H.G. Wells. Dalam cerpen berjudul The Door in the Wall ini, Lionel yang gelisah menemukan Happy Garden (Taman Kebahagiaan) . Sebuah taman dimana seluruh warna di dunia tampil dengan demikian terangnya, demikian cantiknya. Suatu tempat dimana seluruh aroma duka nestapa menguap, dan setiap napas yang terhembus adalah bahagia. Sebuah taman kebahagiaan. Happy Garden sulit ditemukan. Lionel pertama kali mengenalnya saat ia masih berusia 5 tahun. Kala itu ia menemukan sebuah pintu berwarna hijau yang menempel pada sebentuk dinding putih. Kemunculan tiba-tiba tembok berpintu sebagai gerbang Happy Garden ini, seketika melahirkan obsesi tersendiri bagi seorang Lionel. Karena sejak saat itu, nyaris seumur hidupnya dihabiskan untuk mencari pertanda akan keberadaan Happy Garden dan gerbangnya.Cerpen surealis ini ditulis oleh H.G. Wells sekitar abad 18. Namun tetap saja saya kagum pada kekuatan imajinasi dan kedalaman filosofi H.G. Wells akan "makna sebuah pencarian." Betapa sebagai khalifah dan musafir di bumi ini, manusia selalu berada dalam perjalanan. Proses pencarian akan suatu kebenaran dan kebahagiaan yang hakiki.

Betapa Happy Garden versi H.G. Wells masih dapat diterjemahkan secara luas dalam beragam symbol dan definisi. Dan dalam buku Hikari no Michi ini, definisi itu bernama: Jalan Cahaya. Betapa di jalan ini, kebenaran yang hakiki adalah kebenaran Ilahi. Kebenaran yang bersumber dari Allah, hanya diucapkan dan bisa dijanjikan oleh Allah. Asyhadu ala ilaa ha illallahu…wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. (Hamba bersaksi, bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan hamba bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah). ***Jalan Cahaya bisa ditemukan melalui banyak rute dan peta yang berbeda. Ada yang menemukannya dalam kesunyian. Ada yang menemukannya saat berada di kedalaman titik nol kilometer jurang depresi. Ada yang menemukannya lewat diskusi intelektual dan proses belajar membandingkan sejumlah kitab suci. Ada yang menemukannya lewat perantara kekasih dan pendamping hati. Bahkan ada yang menemukannya lewat perantara yure (jin) dan mimpi, suatu rute penemuan hidayah yang sungguh-sungguh di luar akal dan keterbatasan pikiran manusia. Subhanallah.

Abe Yukie-san, Suguro-san, Halimah-san, Takeda-san, Suguro-san, Tokita-san, Muto-san, Najia-san, Shiori-san, Ikuko-san, Sinji, dan Abdussalam adalah sebagian dari mereka. Dimana proses pengenalan Islam awalnya hanya berdasarkan ketertarikan akan hal-hal yang mereka dengar tentang Islam. Seperti misalnya larangan makan babi dan perintah Allah bagi muslimah untuk mengenakan jilbab. Namun tak jarang, ketertarikan mereka akan Islam juga berawal dari hal-hal sederhana dalam Islam. Seperti misalnya, budaya tolong menolong, mengucapkan salam, menghormati dan mencium tangan Ibu. Betapa indahnya ucapan salam saling mendoakan keselamatan antar sesama muslim dan muslimah. Betapa mulianya keberadaan Ibu dalam Islam. Dan betapa menyejukkan hati, alunan ayat suci Allah yang dilantunkan dengan sepenuh hati.

Seperti yang dirasakan oleh Ikuko-san (dituturkan oleh Lia Octavia, dengan judul artikel "Sekuntum Cinta dari Negeri Sakura", hal 39): "Hangat menyelimuti seluruh jiwanya. Menerobos masuk ke dalam sudut-sudut kesadarannya yang terdalam. Jalan yang lurus. Jalan itu lurus bersimbah cahaya. Di kiri, kanan, dan juga di atasnya. Cahaya itu menggenggam jiwa Ikuko erat. Seluruh tubuhnya berguncang. Mimpikah ia? Tidak. Ikuko tidak sedang bermimpi. Cahaya itu ada di hadapannya. Dan kalaupun ia sedang bermimpi, Ikuko tidak mau bangun lagi. Jalan itu… jalan yang lurus" Subhanallah.***Namun, meski lurus dan bersimbah cahaya, Jalan Cahaya bukanlah jalan yang serta merta mudah dan bebas hambatan. Setelah berikrar sebagai muslim, para mualaf dalam kisah-kisah buku ini pun menemui satu demi satu cobaannya. Ada yang berupa reaksi keras penolakan keluarga besar. Ada yang berupa tekanan dalam pekerjaan dan pengucilan dalam pergaulan. Ada yang berupa kekerasan hati dari pasangan. Betapapun berwarna-warni cobaan itu, mereka berusaha menghadapinya dengan tabah. Dan betapa dengan segala keterbatasan mereka sebagai mualaf, mereka tetap berusaha keras mengamalkan ajaran Islam dalam setiap sel kehidupan. Usaha pengamalan Islam yang membuat saya terharu seketika.

Sungguh saya terharu akan kelapangan Suguro-san menyodorkan uang senilai lima ribu yen pada Lisza Anggraeny (dituturkan oleh Lisza Anggraeny, dengan judul artikel "Tachikawa, Disini Ada Cerita", hal 31) yang kehilangan dompet dan kartu langganan kereta, dengan ucapan Suguro-san setelahnya "Kita muslim, harus saling bantu, kan?"Hal sama yang juga dilakukan oleh Abdussalam (dituturkan oleh Tethy Ezokanzo, dengan judul artikel "Meniti Jalan Hidayah" hal 94-96) ketika mengantar orang-orang Indonesia JICA ke Bandara Narita, sekaligus mengajak mereka makan di restoran. Tak hanya itu, saat itu, Abdussalam juga memberikan seluruh sisa uang miliknya saat itu pada seorang muslimah yang kekurangan uang untuk membeli karcis ke Saitama. Sedekah yang membuat Abdussalam memutuskan untuk berjalan kaki ke rumahnya, yang memakan waktu dua jam perjalanan. Sedekah yang saat itu juga langsung diganti Allah, ketika seorang teman menelpon Abdussalam mengajak minum teh di sebuah kafe dan seketika mengeluarkan seluruh isi uang di dompetnya, yang totalnya berjumlah tujuh puluh ribu yen. Subhanallah. Sungguh besar kuasa Allah.

Sama terharunya saya saat sosok Mbak Sumi dengan bahagia mengabarkan via e-mail pada Sri Zein (dituturkan oleh Sri Zein, dengan judul artikel "Menjaga Mutiara Hati", hal 68-69), bahwa Takeda-san, suami Mbak Sumi, sudah mau makan daging halal. "Duh senangnya, akhirnya sekarang saya tidak sembunyi-sembunyi lagi untuk membeli daging halal, Mbak…" tulis Mbak Sumi dalam e-mailnya. Usaha pengamalan dan pendalaman mereka akan Islam, juga membuat saya salut dan berdecak kagum. Sungguh saya salut akan keputusan Abe Yukie-san menggunakan uang hasil kerja paruh waktunya untuk belajar Islam di Malaysia (dituturkan oleh Rose FN, dengan judul artikel "Nisa-san, Sang Mualaf Plus", hal 21), dan Sinji untuk belajar Islam selama sebulan di Surabaya (dituturkan oleh Mulla Kemalawaty, dengan judul artikel "Di Serambi Mekkah Kutemukan Hidayah", hal 119) setelah sebelumnya mulai mengenal kehangatan cinta kasih Islam di Aceh.

Sungguh saya kagum akan perjuangan seorang muslimah Jepang, istri orang Rusia, yang walau sedang hamil tujuh bulan memutuskan untuk bersepeda menuju masjid di tengah cuaca dingin, demi menunaikan ibadah shalat tarawih pertamanya (dituturkan oleh Tethy Ezokanzo, dengan judul artikel "Tetesan Hidayah di Bulan Penuh Berkah" hal 54). Dan betapa wanita itu masih sanggup berdiri sampai rakaat selesai. Subhanallah. Sama kagumnya saya akan sosok Aminah-san (dituturkan oleh Rose FN, dengan judul artikel "Allah Memanggil Hati Aminah-san", hal 63), yang di waktu luangnya diamalkan untuk mencari para homeless yang terdampar di pinggir jalan, di emperan stasiun kereta, juga taman-taman di Jepang. Dengan telaten, Aminah-san akan mencarikan rumah penampungan, mengecek kebutuhan makanan dan minuman mereka, sekaligus mengetahui kemajuan berislam mereka. Semua dengan satu niatan tulus Aminah-san "Saya ingin berbuat sesuatu untuk agama saya, ingin mempunyai lebih banyak saudara seiman dan sebangsa."

Niatan tulus sama juga diikrarkan oleh sekelompok orang Pakistan yang datang ke Jepang tahun 1982 (dituturkan oleh Tethy Ezokanzo, dengan judul artikel "Islam, Cinta Pertamanya", hal 145-147). Tanpa informasi yang memadai tentang komunitas muslim di Jepang, rombongan Pakistan ini menginap di bandara selama satu minggu. Tempat dimana mereka melaksanakan program harian, membaca Al Quran, shalat, dan taklim. Setelah akhirnya dilarang untuk menginap di bandara, mereka pun menyewa sebuah apato mungil di Tokyo, yang dilanjutkan dengan perjalanan ke Kyushu. Semua dengan niatan murni, untuk berdakwah mengenalkan Islam ke setiap orang yang mereka temui.

Dan haru ini semakin memuncaki dada, saat saya membaca sosok Najia-san (dituturkan oleh Tethy Ezokanzo, dengan judul artikel "Mukena Cantik Najia-san" hal 139), yang berupaya keras mencari mukena di Sapporo. Karena kesulitan menemukannya, Najia-san pun kemudian memodifikasi sprei berbunga-bunga miliknya menjadi sebuah mukena. Subhanallah. Air mata saya pun meleleh seketika saat membaca perjuangan suami Rose FN untuk mengucapkan salam dan kalimat "Fii amanillah" dalam suatu simulasi setelah pengajian di Jepang (dituturkan oleh Rose FN, dengan judul artikel "Mualaf, Salam, dan Myouji Islam", hal 43). Betapa dengan lidah orang Jepang yang terbiasa berbahasa Jepang, suami Rose FN berulang kali salah melafalkan L sebagai R. Dan betapa buah hati mereka dengan bersemangatnya, mendukung ayah mereka dengan meneriakkan yel-yel "Ayo berjuang, Papa!"Ah, Cinta …

***
Sulit rasanya untuk tidak berkaca pada buku ini. Apalagi saya sebagai seorang muslimah, yang terlahir di keluarga muslim, dan dibesarkan di Negara yang mayoritas muslim. Tempat dimana saya tidak kesulitan menemukan mushalla atau masjid untuk menunaikan shalat, juga tak perlu resah mencari makanan dan minuman halal. Berbagai kemudahan yang mungkin jadi terlupakan nikmatnya. Taken for granted. Padahal, di lain sisi, kemudahan yang saya rasakan justru merupakan hal-hal yang terasa mewah bagi komunitas muslim di Jepang. Seringkali, untuk menunaikan shalat tepat waktu, mereka harus siap melakukannya di tempat umum. Seperti misalnya di taman, atau museum. Dengan bermodalkan kompas, dan beralaskan sehelai kain sederhana, mereka menghadap Sang Pencipta.

Tak jarang, muncul pandangan aneh dari masyarakat Jepang yang kebetulan menyaksikan seorang muslim sedang shalat di tempat umum. Namun seperti yang dituliskan Rose FN di hal 168 "Menyikapi perlakuan seperti ini, sikap hanif harus ditunjukkan. Jika kita sudah berlapang dada atas ketidaktahuan mereka, maka dengan sendirinya kita akan nyaman untuk melaksanakan shalat di tempat umum, bahkan nantinya akan timbul keinginan kuat dalam hati kita untuk semakin mengenalkan shalat sebagai wujud dakwah amal kita". Insya Allah. Dan kepada para saudara muslim saya di Jepang, perkenankan saya menghaturkan sekuntum doa dari jauh: "Bismillahirahmanir rahiim, Alhamdulillaahi Rabbil `aalamiin. Arrahmaanir Rahiim, Maaliki yaumid diiin. Iyyaka na'buduwa iyyaka nasta'iin. Ihdinas siraatal mustaqiim. Siraatal ladziina an'amta `alayhim ghayril magduubi `alayhim waladdaalliin. Amiin.." (Surat Al Fatihah) Selamat menyusuri Jalan Cahaya.......


masih dari email temen neh ...

Penjual Ikan Asin yang Kaya Hati....
16.00.00 | Author: HAEDAR SALMAN
sore kemarin, mata saya secara tak sengaja menangkap, sesosok nenek-nenek berusia 70 an tahun, yang sedang menjajakan nasi aking, kepada setiap orang yang ditemuinya."bu..beli nasi aking bu...ini buat cucu saya beli susu" sapa si nenek, kepada setiap orang yang ditemuinya. Beragam komentar yang ditemui oleh si nenek, ada yang mengejek, ada yang bilang nggak punya uang. Ada yang bilang, mau memberi uang, tapi tidak membeli, karena nasinya memang terbilang mahal, Rp. 20.000, untuk nasi yang menurut salah seorang penawar, mestinya harganya Cuma Rp.1000,- saja. "Rp. 1000, saja, ini paling beratnya Cuma setengah kilo...Rp.1000, - saja" ujar wanita separuh baya, dengan wajah sedikit sadis.

"nak, tolong saya nak, dibeli Rp.20.000, untuk saya beli susu untuk cucu saya. karena anak saya sakit, jadi saya harus cari uang..., cucu saya masih kecil nangis terus..." sang nenek menghiba."Udah Rp. 1000 saja.." ujar wanita separuh baya itu, sambil berusaha mengeluarkan uangnya...."Jangan nak...", sang nenek menggeleng.."Rp. 20.000 ya nggak laku...." ujar wanita paruh baya, dengan suara meninggi.. Sang nenek pun pamit, dengan wajah kecewa... hari sudah maghrib..sang nenek masih tetap berusaha menjual nasi aking, untuk cucunya yang sakit. Dengan wajah yang lelah, ia berusaha menyeret kakinya yang telah tua. Di matanya, terbayang wajah cucunya yang sedang menangis, sementara anaknya yang sedang sakit, berusaha untuk menghibur sang cucu. Itulah yang membuatnya sampai maghrib, belum berhenti menjajakan nasi akingnya, yang belum juga menunjukkan tanda-tanda akan ada pembelinya. Tiba-tiba, dikejauhan, ia melihat seorang wanita, yang telah tua juga, menggendong keranjang di punggungnya. Sepertinya, wanita ini baru pulang dari menjajakan dagangannya. Dengan tergopoh-gopoh, sang wanita tua, menghampiri wanita yang menggendong keranjang.

"nak, beli lah nasi aking saya ya...Rp. 20.000 saja, untuk beli susu cucu saya.." Wanita yang menggendong keranjang, menyapukan pandangannya ke wajah nenek yang sudah sangat tua ini. Dipegangnya nasi itu, ditimang-timangnya sejenak.. Dirogohnya, dada sebelah kirinya, dan dikeluarkannya buntalan kecil dari sana. Dibuka, dan dikeluarkannya uang Rp. 20.000 dari buntalan itu. Sembari tersenyum, diangsurkannya lembaran uang tersebut kepada sang nenek. "Nek, semoga anak nenek cepet sembuh ya...semoga cucu nenek berhenti nangisnya... " Tiba-tiba, saya merasakan kedua kelopak mata saya menjadi hangat...tak terasa pemandangan itu begitu mengharukan hati saya. saya bisa merasakan, kesulitan hidup wanita yang menggendong keranjang, dari kerut-kerut di wajahnya, dari apa yang digendongnya, dari senyum getir yang keluar dari bibirnya ketika ia berbicara. Tapi tiba-tiba, dengan senyum yang begitu tulus, ia mau membantu orang lain yang berada dalam kesulitan. Ia lupakan sejenak, kesulitan hidupnya di rumah. Dengan kebijaksanaan yang di anugerahkan Tuhan, kepada wanita, yang sepertinya tidak berpendidikan itu, ia bisa menimang, cucu nenek tua itu, perlu ditolong segera. Sementara ia, masih bisa dan punya kesempatan, untuk mencari rejeki lain, untuk keluarganya di rumah.

Pemandangan semakin mengharukan, ketika wanita itu, berpamitan pada sang nenek, untuk melanjutkan perjalanannya pulang. Seperti seorang prajurit yang kalah perang, ia melangkah gontai. Mungkin seluruh keuntungannnya hari ini, telah diserahkan kepada sang nenek. Tapi dari keikhlasannya, terllihat, bahwa ia melanjutkan perjalanan dengan hati yang senang. Pemandangan menjadi semakin mengharukan, ketika seseorang, tiba-tiba mengangsurkan 20 lembar, uang Rp. 50.000,- an, kepada wanita ini. Tentu saja wanita ini berusaha menolak, namun sang pemberi uang, tetap memaksanya. Sang pemberi uang pun menjelaskan, uang itu adalah karena kebaikan hatinya menolong sang nenek. kejadian itu, di shooting oleh RCTI, untuk ditayangkan di acara Toolong, yang rutin disiarkan di Televisi swasta nasional itu.

Kontan saja, wanita ini menangis histeris saking bahagianya. Wanita ini, tidak pernah berharap imbalan, ia menolong karena keikhlasan hatinya. Ia tidak pamrih, namun, ternyata ada yang peduli dengan keikhlasannya. Tiba-tiba saya iri, dengan keikhlasan wanita yang menggendong keranjang tadi... Kita kadang-kadang, sebagai orang-orang yang berpendidikan, sudah terlalu pandai berhitung ini itu. Sampai-sampai, dihati kita sudah tidak tersisa lagi ruang, untuk menolong sesama, untuk memikirkan kesulitan makhluk lain, tanpa menggunakan perhitungan- perhitungan itu. Kita sepantasnya belajar kepada wanita, penggendong keranjang, yang ternyata hanya penjual ikan asin keliling itu, mau berbagi…… Ciri-ciri orang yang kaya hati, dia adalah orang yang pandai bersyukur, tulus dan ikhlas, rendah hati dan mau berbagi. Semoga cerita tadi, menginspirasi kita, untuk hidup lebih baik, dengan modal kaya Hati, yang bisa kita bangun dalam diri kita, sebagai fondasi hidup Kaya dan Bahagia. 

dari email temen ... 
Semoga MT Golden Moment yang saya ambilkan dari draft buku saya yang ketiga, MT-LGW (masih disimpan kepanjangannya) mendapati Anda dalam kesehatan dan kedamaian yang memuliakan kehidupan Anda dan keluarga tercinta.

Dalam cuplikan dari satu halaman dari 26 bab buku baru kita yang sedang dalam proses pencetakan ini, kita diingatkan untuk menyegerakan kejelasan mengenai apa yang harus kita lakukan untuk mencapai yang sudah biasanya jelas-jelas kita inginkan.

Please kindly enjoy, absorb, and apply.

Mario Teguh Golden Moment
JELASLAH MENGENAI APA SAJA YANG HARUS ANDA LAKUKAN PADA SAAT INI.





Sahabat-sahabat saya yang baik hatinya,

JELASLAH MENGENAI APA SAJA YANG HARUS ANDA LAKUKAN PADA SAAT INI.

Banyak orang yang telah mengetahui dengan jelas apa yang ingin dicapainya, tetapi belum memiliki kejelasan mengenai apa saja yang harus dilakukannya untuk mencapai itu semua. 

Banyak orang sudah jelas ingin berhasil, tetapi belum jelas harus melakukan apa.

Kemudian, mereka berlaku seperti sebuah perahu yang menghadap ke daratan yang tepat, tetapi patah tiang layarnya. Mereka tidak memiliki kesegeraan untuk menjadikan diri mereka sendiri jelas mengenai apa yang harus dilakukan, dan menguasai kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukannya.

Maka, bersegera memutuskan sebuah pilihan tindak dan segera melakukannya, akan memperpendek masa tunggu untuk mengetahui apakah yang Anda lakukan adalah hal yang tepat atau tidak. 

Kemudian, bersegeralah lagi dengan tindakan yang baru, dan kemudian bersegeralah lagi memperbaikinya apabila yang Anda lakukan belum tepat.

Anda yang bersegera dalam tindakan yang berniat baik, akan disegerakan dalam mencapai kebaikan.


quoted from: Mario Teguh Super Club

Honesty And Freedom
08.40.00 | Author: HAEDAR SALMAN
Honesty is one of the most admired qualities. Most people say they want their life partners, children, friends, and if possible everyone to be honest. Yet we also know it’s so damn hard to be honest.  

Why does honesty elude us like this? How can we retain our honesty and integrity? 

Freedom as prereq of honesty

I don’t believe we are destined to be dishonest. It’s far easier to be honest and say things as they are, rather than twisting the facts and then remembering how we twisted them so that our stories are consistent, often leading us to tell even more lies. Dishonesty doesn’t feel good and undermines our sense of dignity.  

Yet we lie because most of us don’t realize we have the prerequisite of honesty: freedom. Complete freedom to say what it is. Freedom not to worry about the consequences of our honest expression.  

Say you find your employer is compromising the law. Can you stand up and say honesty that you don’t agree with the practice? You know you will lose your job if you do so. Can you still be honest? Remember Arthur Anderson? Many otherwise good people compromised their honesty because they were afraid of their job security (and ended up losing their jobs anyway).

Or say you find your friend eating so unhealthy, she is overweight and risking health issues, can you simply express your concern, without any manipulation nor sugarcoating the facts? Why not? Because you are afraid of offending her feeling and losing her friendship? Are you and your friend in friendship voluntarily or do you need her as friend?  

Freedom and autonomy

To feel free, most people need autonomy. Financial, emotional, and mental autonomy.  
It’s extremely hard to be honest to your employer when your (and your family’s) livelihood is dependent on it. I don’t object the system of employment at this time, but to usher in the New World based on Truth, it’s a good idea to cultivate our inner entrepreneur. (Whew, this blog Yes to Me started as entrepreneurship blog, and although it may appear I meandered around into spirituality, I actually have consistency at the base!) Financial autonomy promotes honesty.  

Emotional autonomy means you own your feelings. No one makes you happy or unhappy. With or without friends, you are you. Without this emotional autonomy, relationships of any kind become more about codependency rather than free association.  

Mental autonomy is the ability to think for yourself. It involves questioning widely accepted social norms and opinions of “authorities”.  

To be completely clear, I’d like to note that autonomy is only a desired ground for freedom, not a necessity. Because everyone is free on the spiritual level (more on this toward the end of this article) and no one is completely autonomous. We are interdependent in this world and that is wonderful. You can be honest while relying on a single source of income, while being emotionally supported by others, and while you are learning and building your own thoughts.  

Still autonomy is very helpful. Without autonomy (in the conventional sense), we are like slaves. For a slave to speak up honestly, it takes a degree of “dumbness”, to be ready to die or go on the street anytime as a consequence of his honesty. And I put “ “ around dumbness because I think this kind of dumbness is good. It may be based on spiritual belief that we are always supported by God regardless how things may look like.  

Teaching honesty to your children

Most parents want their children to be honest, yet they are unaware of the inherent dilemma they themselves need to resolve to let their children be honest. Because children ARE dependent on parents. Children don’t have autonomy, especially financial and emotional autonomy. They are even dependent physically. 

So how can you let your child know they are free to express their thoughts and feelings honestly? That they are loved no matter what? And do you really mean it?  

As long as the parent’s mindset is like, “I want you to be honest, my child, but if you tell me you are the one who broke my favorite vase, I will be upset and won’t talk to you for the rest of the day.” (manipulation and lack of emotional autonomy), they are setting up their child to be dishonest, not honest. And mandatory honesty is not true honesty.  

I know this is difficult. Parents are humans, too, still in their development stage, with all kinds of shortcomings. I just thought being aware of this dilemma may be helpful.  

Further, I think the key in this dilemma is to realize that your child is not your possession at all. Your child came from the spiritual world to play the role of your child, just as you came to this world to play a certain role. You are only serving them in their growth in this world. (Some people call this, “Children are from God.”)  

Honesty to oneself before honesty to others

Honesty starts within. Before we express ourselves honestly, we need to be aware of what we are thinking and feeling. Really. So often, we don’t examine our honest thoughts and feelings and prematurely adopt socially accepted ideas.  

For instance, many people have problem facing their desires, whether the desire is about luxury cars, sex, or the desire to quit the current cushy job to do something they really like to do. If you resonate with this statement, you are actually better off than most. People who have serious problem being honest to themselves are in denial. They may get upset at people who honestly admits such desires and actively accuse them.  

Monogamy and honesty

It would be dishonest by omission if I skip the issue of fidelity in this article about honesty. So here is my personal opinion. 

I quit subscribing to the idea of monogamy recently because I see inherent issue of honesty in it. In monogamous relationship, each partner expects the other to be faithful. This set expectation — lack of freedom — is ground for dishonesty. If I meet another attractive man while in monogamous relationship, my choices are:

I lie to myself and decide I felt nothing to keep my self image of a “good” faithful person. 
I be honest with myself but choose to take no action, to stay faithful to my partner.
I be honest with myself but lie to my partner to keep his dream of fidelity, leading myself to cheat. 

I be honest with myself and to my partner, leading to potential breakup.  
I may have no problem choosing #2, but I’m not sure if expecting my partner to always choose #2 is a healthy reasonable expectation. 

And I value honesty more than security and steadiness of relationship. I’d rather have an honest lover than dishonest / confused one who makes love only to me.  

If I feel insecure when I hear him talk about other women (or men, for that matter), that is my issue, not his, not ours. I own my feelings. Same with differences in values and opinions. He may have different opinions than mine, and that is fine with me. I know that doesn’t undermine the worth of my opinion.  

I don’t want to lock up someone — anyone. I don’t think I can justify doing so in the name of love. And I don’t like to be locked up, either.

Does this mean I’m against monogamous relationship? No. If two individuals are happy together, that is wonderful — let’s celebrate! It’s when such condition is enforced, either by manipulation or by social brain washing, that I have a with. (A common way of social brain washing is the promotion of soulmate.) 

Can you let your partner be who he or she is? Can you let them express themselves freely? Can you honestly say what is on your mind?  

You are free

In conclusion, I’d like you to realize you are already free. Whether you have achieved financial, emotional, and mental autonomy or not, and whether you feel free or not, you are free. It is yet another layer of illusion to believe you are not.  

Free will is the primary right and responsibility in this universe. You can even choose not to feel free, to believe you are enslaved, and you are still accepted as you are. Free will is such an essential part of life that God even allows us to go against the Light, to become darkworkers.  
I hope this deep sense of acceptance and freedom helps you build your life based on honesty and truth.


quoted from: yes-to-me.com

Dia Menjadikan Dirinya Dihormati
08.36.00 | Author: HAEDAR SALMAN

Setelah dia menjadikan dirinya diterima, disukai, dan dipercaya; dia menjadikan dirinya dihormati.

Jika kita dipercayai oleh seorang Kepala Desa, maka kita menjadi orang nomor dua di desa itu. Jika kita dipercayai oleh seorang Gubernur, maka kita menjadi orang nomor dua di provinsi itu. Dan jika kita dipercayai oleh seorang Raja, maka kita menjadi orang nomor tiga di kerajaan itu. Jangan lupa istrinya, sang Permaisuri!

Dan yang ini penting. Yang sedikit disadari oleh kebanyakan orang, bahwa di puncak semua karir hanya ada dua tugas; yang pertama adalah menjadi pemimpin, dan yang kedua adalah menjadi penasehat.

Jika seorang Maha Raja yang ber-bala-tentara sejuta gajah dan memerintah wilayah yang tak pernah melihat matahari tenggelam, mendengarkan masukan-masukan penasehatnya, dan kemudian memimpin dengan pertimbangan baik yang diterimanya dari sang penasehat, … siapakah yang sebetulnya sedang memimpin?

Sahabat-sahabat saya yang terkasih,

Maka terimalah ini dengan ikhlas, bahwa kualitas pribadi tertinggi yang menjadikan seseorang berpengaruh atas orang lain, adalah rasa hormat kepadanya.
Seseorang menjadi kita hormati, karena dia meneladankan dan menganjurkan sikap, pemikiran, dan perilaku yang bukan hanya mulia – tetapi juga akan memuliakan kita, dan karena dia memiliki cara yang penuh kasih dalam mengharuskan kita untuk setia kepada yang benar, dan memiliki pengaruh yang tak terjelaskan untuk memaksa kepatuhan dari mereka yang enggan patuh.

Maka marilah kita memeriksa bagaimana baiknya orang lain menerima kita, bagaimana baiknya kita berlaku yang menjadikan kita disukai oleh orang lain, dan apa yang ada dalam pribadi kita yang menjadikan kita dipercayai oleh banyak orang.

Setelah itu, apakah ada dari sikap, pikiran, dan perilaku kita yang tidak tertawarkan dalam kesetiaan kepada yang benar, apakah kita berlaku penuh kesantunan kepada orang lain – terutama kepada yang lebih kecil dan lebih lemah daripada kita, dan apakah kita bersungguh-sungguh untuk menjadikan keberadaan kita sebagai pengindah kehidupan orang lain.
Jika itu yang menjadi sebab dari kegelisahan kita, alasan bagi ketakutan kita, tujuan dari kebahagiaan kita, dan tenaga bagi kerja keras kita; maka Tuhan Yang Maha Memuliakan akan mengharuskan penghormatan kepada kita.
Jika Tuhan telah menghormati seseorang, Beliau bukan hanya mengharuskan penghormatan dari manusia dan yang terlihat, tetapi dari semua, dan bahkan waktu pun akan menyesuaikan diri dengan keindahan kehidupan yang menjadi haknya.
Maha Besar Tuhan Yang Maha Memuliakan kita.
Dengan hati yang dekat dengan air mata keharuan, terimalah bahwa kita hanya se-mulia kesungguhan kita untuk memuliakan kehidupan ini.
Kehidupan adalah hadiah pertama dari kelahiran kita, dan pemuliaannya adalah pensyukuran utama dari hadiah itu.
Maka, apakah ada keindahan yang melebihi kesadaran bahwa kita sedang dimuliakan dalam keimanan kepada Tuhan?
Hormatilah kehidupan, dan kehidupan akan menghormati Anda.


quoted from: www.marioteguh.asia

MENGAPAKAH ADA ORANG BAIK YANG HIDUPNYA BELUM BAIK
12.05.00 | Author: HAEDAR SALMAN
Mengapakah ada orang baik yang hidupnya belum baik?
Seseorang disebut baik karena dia meyakini yang baik dan hidup dalam kebaikan yang diyakininya.
Sehingga, seseorang tidak bisa disebut sebagai orang baik, jika dia meyakini yang baik, tetapi melakukan yang tidak baik. Dia cepat menyatakan dirinya orang baik, tetapi juga cepat untuk berlaku tidak jujur saat merasa aman untuk tidak jujur.

Kebaikan itu sederhana dan berani.

Yang sederhana, seharusnya sederhana juga untuk dilaksanakan, dan kemudian berhasil. 
Tetapi ketidak-ikhlasan kita untuk menyerahkan yang tidak bisa kita lakukan – kepada Tuhan, dan ketidak-sediaan kita untuk melakukan yang terbaik dari yang bisa kita lakukan, menghasilkan kehidupan yang seharusnya sederhana menjadi kompleks dan penuh kegentingan.

Kebaikan itu sederhana dan berani.

Jika kita telah seutuhnya mengikhlaskan diri kepada kebaikan, maka kita akan sangat berani. Hukum kebaikan adalah melakukan yang baik dan menghindari yang buruk. Maka mengapakah ada orang yang masih ragu untuk berlaku baik, dan tidak berani menghindari yang buruk?

Janganlah mengikuti orang yang salah pikir, yang mengira bahwa dia akan mendapat kebaikan dari menghindari kebaikan dan dari melakukan keburukan. 

Maka jangan sampai kita ditanya, “apakah engkau tidak berpikir?”
Jika ada orang muda yang shalih, kita harus mensyukuri bahwa dia telah mengikhlaskan dirinya kepada kebaikan, karena banyak sekali orang yang masih bernegosiasi dan meminta penundaan agar mereka tidak harus berlaku baik sekarang. 

Banyak dari mereka merasa bahwa berlaku baik sekarang adalah kerugian, karena masa muda adalah masa untuk hidup dalam kebebasan, dan kebaikan hanya untuk orang yang sudah mulai menua. 
Lalu, apakah kebebasan yang mereka maksud adalah kebebasan untuk tidak menjadi orang baik?
Dengan pengertian seperti itu, mereka akan bersikap dan berlaku santai, dan tidak membangun nilai pribadi yang akan menjadikan mereka pribadi yang dibayar mahal dan dihargai tinggi di masa depan.

Mereka tidak menyadari bahwa yang tidak bekerja keras semasa muda, akan dipaksa bekerja keras di masa tua. Itu bukan hanya kemungkinan, tetapi keniscayaan yang sedang terbukti di sekitar kita.

Nah, bagaimana jika orang yang kita sebut sebagai orang baik itu – yang hidupnya belum baik itu, adalah orang yang tadinya menelantarkan masa mudanya? 
Mungkin ini penjelasannya …, bahwa rasa frustrasi-nya hari ini adalah masa penyesuaian diri bagi mereka yang baru saja menjadi orang baik.

Maka orang baik, yang hidupnya belum baik, adalah mungkin orang-orang yang sedang dengan penuh kasih diminta untuk mengutuhkan kebaikannya.

Jika kita mengatakan yang baik, maka lakukanlah yang baik, dan hindarilah yang buruk.
Jika kita orang baik, ikhlaskanlah diri kita untuk menyerahkan yang tidak bisa kita kerjakan – kepada Tuhan, dan mengambil tanggung jawab penuh atas yang bisa kita kerjakan.

Janganlah berserah tetapi masih tidak bisa tidur karena mengkhawatirkan yang sudah kita serahkan kepada Tuhan.

Janganlah juga berani, tetapi mengandalkan kekuatan kepada yang selain Tuhan. 

Kita, orang-orang yang baik ini, adalah orang yang meyakini bahwa tidak akan ada yang terjadi, tanpa ijin dari Tuhan. Tuhan adalah satu-satunya pemilik kekuatan. Sehingga, jika ada sesuatu terlaksana dengan kekuatan, itu pasti terlaksana karena ijin Tuhan.

Maka marilah kita mengikhlaskan diri kita sepenuhnya kepada Tuhan.
Kerjakanlah apa yang harus Anda kerjakan dengan sebaik-baiknya niat dan dengan sebaik-baiknya cara.
Yang kita lakukan bisa saja tidak tepat, kecil, atau tidak bernilai bagi orang lain; tetapi Tuhan sangat berwenang untuk menjadikan kita pribadi yang berhasil – melalui apa pun yang kita kerjakan.
Hanya kebaikan yang membaikkan.

Maka marilah kita meyakini yang baik, dan hidup dalam kebaikan yang kita yakini.

Dan ketahuilah, bahwa anggukan kecil di hati itu, adalah tanda dari kesungguhan Anda, yang mengundang senyum Tuhan untuk merahmati kebaikan dalam keyakinan dan dalam pekerjaan Anda.


di upload dari web: Mario Teguh.Asia

Menikah Dengan Diri Sendiri
09.38.00 | Author: HAEDAR SALMAN
Mirip dengan bentuk hubungan manusia lainnya - baik kerja dalam team, menata organisasi, dll - perkawinan akan senantiasa diwarnai oleh friksi dan perbedaan. Sebagian orang bahkan meyakini, di situlah letak seninya berhubungan dengan
manusia.

Bagi saya, jangankan menikah dan bekerjasama dengan orang lain, kalau ada kesempatan untuk menikah dan bekerjasama dengan diri sendiri, saya tidak yakin kalau semuanya akan berjalan amat mulus. Penolakan, perbedaan, ketidakcocokan
akan senantiasa ada.

Berbeda dengan bentuk hubungan bersama orang lain - di mana kalau tidak cocok kita bisa mencari penggantinya - dengan diri sendiri, kita tidak punya pengganti. Tubuh dan jiwa yang kita miliki hanyalah yang kita punya sekarang.

Dengan kesadaran terakhir, kita tidak punya pilihan menolak, cerai atau berpisah dengan diri sendiri, satu-satunya pilihan : menikah dengan sang diri.

Manusia-manusia yang hidupnya kena stres, depresi, masuk rumah sakit jiwa atau bunuh diri sekalian, adalah sebentuk orang yang pernikahannya dengan sang diri gagal.

Sebaliknya, pengalaman saya bertutur, kebanyakan orang yang berhasil hidupnya, sering ditandai oleh kemesraan yang mengagumkan dengan sang diri. Kelemahan, kekurangan, bahkan cacat tubuhnya sekalipun, tidak menjadi penghambat, malah
menjadi sarana kemajuan yang mencengangkan.

Diana Golden - kalau saya tidak salah dalam mengeja namanya - adalah seorang pembicara publik yang amat mengagumkan bagi saya. Betapa tidak mengagumkan, dengan kedua kaki lumpuh yang dibantu tongkat, ia melakukan presentasinya di
depan panggung secara demikian bergairah. Bergerak bebas dari satu panggung ke panggung lain. Kadang malah duduk penuh percaya diri di atas meja. Menguasai panggung tanpa sedikitpun keraguan.

Demos Thenes, seorang pembicara publik terkemuka dalam sejarah Yunani, awalnya adalah penderita gagap dalam kadar yang sangat akut. Bertahun-tahun ia mendidik dirinya dengan meletakkan batu ke dalam mulutnya sambil berbicara.

Abraham Lincoln, mengalami cobaan hidup secara berulang-ulang. Termasuk pernah kena depresi berat sampai nyaris masuk rumah sakit jiwa. Dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Meminjam argumennya Iris Barrow dalam Make Peace With Yourself, 'many people suffer all their lives because they do not accept and come to terms with the feelings of anger, frustration, resentment, fear, despair which they experience'.

Belajar dari sini, tidak hanya kelebihan dan kehebatan yang harus kita peluk dan terima apa adanya. Kekurangan seperti marah, frustrasi, takut dan sejenispun sebaiknya kita peluk dan terima. Ini penting, sebab banyak penyakit kejiwaan bersumber pada penolakan terhadap kekurangan-kekurangan terakhir.

Bayangkan, saya akan frustrasi berat bila melihat diri saya yang lagi marah dibandingkan kesabaran mengagumkan ala Mahatma Gandhi. Saya akan menjadi minder melihat rekaman presentasi saya, jika dibandingkan kehebatan seorang Anthony
Robbins.

Untuk itu, saya belajar tidak hanya menjadi pemaaf buat orang lain, tetapi menjadi pemaaf buat diri saya sendiri. Sebagaimana pernah ditulis Catherine
Ponder dalam The Dynamic Law of Healing : 'Forgiveness can unblock whatever has stood between you and your good'.

Dengan kata lain, sikap pemaaf bisa membuka banyak pagar yang memisahkan diri kita dengan sejumlah kesempurnaan yang telah ada di dalam.

Dalam pergaulan sehari-hari, melalui raut muka, sinar mata, senyum orang, percaya diri, saya bisa membedakan antara orang-orang yang pemaaf dengan dirinya sendiri, dengan orang-orang yang membenci dirinya.

Dalam bekerja, bergaul maupun dalam presentasi, penguasa-penguasa keberhasilan umumnya adalah manusia yang tidak hanya pemaaf dengan dirinya sendiri, melainkan
juga menikah akur dengan sang diri.

Perhatikan presentasi Diana Golden yang mengagumkan, lihat ekspresi mata Larry King di CNN, amati kepemimpinan Cory Aquino yang relatif tidak terbebani oleh pengalamannya yang hanya mantan ibu rumah tangga, semuanya menunjukkan
pernikahan mengagumkan dengan sang diri.

Dalam sebuah sesi meditasi, seorang guru pernah bertutur ke saya : 'your mind is a wonderful gift. Use it to work for you, not against you'.

Nah, yang dimaksud mind di sini mencakup baik kelebihan maupun kekurangan kita. Ia akan menjadi kekuatan yang membantu, bila kita berhasil berpelukan mesra dengannya.

Tidak bisa dibayangkan, kemana larinya keberhasilan, jika setiap hari kita mau 'bercerai' dengan rasa marah, takut, frustrasi yang datang dari dalam diri.

Dengan isteri, setelah cerai kita bisa atur untuk tidak bertemu lagi. Dengan marah dan rasa takut, ia akan datang dan datang lagi.

Anda boleh mengambil sikap apapun, namun saya sedang mendidik diri untuk menikah dengan diri saya. 


di upload dari email kiriman teman

Orang - Orang Yang Didoakan Malaikat
15.00.00 | Author: HAEDAR SALMAN
Ternyata, jalan paling banyak untuk mendapatkan doa para malaikat itu ada dalam kegiatan sholat. Hal ini, bisa dimaklumi sebab sholat adalah amal yang paling pol. Dia yang membedakan islam dan kafir. Sholat merupakan amalan pertama yang ditanyakan nanti di hari kiamat. Dan di dalam sholat itulah sebenarnya yang banyak menyibukkan mu’min semua. Jadi sudah sepantasnya kalau di dalamnya terdapat fadhilah – fadhilah yang pol. Sholat adalah tiang agama. Kalau sholatnya kelendran, maka yang lain pasti lebih amburadul. Tinggal mana dari jalan – jalan itu yang bisa kita raih. Mari kita simak satu per satu.

1. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’” (Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469). Ini berlaku ketika menunggu dilaksanakannya sholat berjamaah. Habis adzan, sholat – sholat sunnah kemudian qomat dan ditegakkan sholat berjamaah. Kuncinya habis adzan segeralah datang ke masjid. 

2. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat. Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat akan selalu bershalawat (berdoa) kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia (Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini) Nah, hadist ini berlaku setelah selesai sholat berjamaah, namun diteruskan dengan menunggu sholat jamaah berikutnya. Biasanya yang paling gampang habis sholat jamaah maghrib, diteruskan menunggu sholat jamaah isyaa. Kuncinya habis sholat terus diam dan bersiap untuk sholat berikutnya.

3. Orang - orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah. Beruntunglah masjid yang shof pertamanya panjang, sebab tak perlu berebut. Tetapi pemandangan saat ini rasanya gak mengenakkan, sebab masih banyak yang ogah – ogahan berada di shof awal. Gak tahu tuh, kenapa ya?
• Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan” (Imam Ahmad dari Nu’man bin Basyir ra., derajat hadist hasan.)
• Dari Abu Umamah ra. Berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf pertama.” Mereka berkata, “Ya Rasululloh, juga untuk shaf kedua?” Rasululloh menjawab, ““Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf pertama.” Mereka berkata, “Ya Rasululloh, juga untuk shaf kedua?” Rasululloh menjawab, “Dan untuk shaf yang kedua.” (Rowahu Ahmad dan at-Thabrani)

4. Orang - orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf). Biasanya, malah ingkrih – ingkrih kalau kakinya mepet – mepet. Yang harusnya delama’an mepet dengan delama’an orang sebelahnya sebagai respek terhadap arti menyambung shaf.
• Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf” (Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

5. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalin’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu”. (Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)

6. Orang yang membaca doa berdiri dari ruku’ (I’tidal) dalam sholat berjamaah setelah imam berkata Samiallahu liman hamidahu. Dari Abu Huroiroh r.a., dia berkata Rasulullah SAW bersabda, “Apabila imam berkata sami’alloohu liman hamidahu, ucapkanlah alloohumma laka alhamd, karena barangsiapa yang ucapannya bersamaan dengan ucapan malaikat, akan diampuni dosa – dosanya yang telah lalu.” (Rowahu Bukhori (2:225 – 226), Muslim (2:17) Abu Dawud (1:135), An- Nasa’I (1:162), At-Tirmidzi (2:55)).

7. Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah. Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat’” (Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
Point 7 memang tidak spesifik. Artinya tidak menyebutkan doa malaikat, tetapi hanya penyaksian saja.

MENIKMATI KEBOSANAN
18.53.00 | Author: HAEDAR SALMAN
Ini sebuah cerita ringan tentang kebosanan yang saya kutip dari email teman saya.

Seorang tua yang bijak ditanya oleh tamunya.

Tamu: "Sebenarnya apa itu perasaan 'bosan', pak tua?"

Pak Tua: "Bosan adalah keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu."

Tamu: "Kenapa kita merasa bosan?"

Pak Tua: "Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki."

Tamu: "Bagaimana menghilangkan kebosanan?"

Pak Tua: "Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya."

Tamu: "Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?"

Pak Tua: "Bertanyalah pada dirimu sendiri: mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama rasanya setiap hari?"

Tamu: "Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua."

Pak Tua: "Benar sekali, anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun akan hilang."

Tamu: "Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?"

Pak Tua: "Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis sambil jongkok atau berbaring. Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambil berjalan-jalan atau meloncat-loncat. Kalau biasanya menelpon dengan tangan kanan, cobalah dengan
tangan kiri atau dengan kaki kalau bisa. Dan seterusnya."

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.

Tamu: "Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Anda sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?"

Pak Tua: "Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan."

Tamu: "Contohnya?"

Pak Tua: "Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu."

Lalu Tamu itu pun pergi.

Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.

Tamu: "Pak tua, saya melakukan apa yang Anda sarankan. Di setiap waktu senggang saya bermain sepuas-puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaiban pun terjadi. Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah
saya anggap membosankan. Kenapa bisa demikian, Pak Tua?"

Sambil tersenyum Pak Tua berkata: "Karena segala sesuatu sebenarnya berasal dari pikiranmu sendiri, anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmu yang berpikir tentang kebosanan. Saya menyuruhmu bermain seperti anak kecil
agar pikiranmu menjadi ceria. Sekarang kamu tidak merasa bosan lagi karena pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan. Segala sesuatu berasal pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria."

Untuk itu marilah kita senantiasa selalu berpikir yang menyenangkan, selalu berpikir tentang hal baru, tentang kebaikan sehingga hati kita tidak akan merasa bosan.

AKHIRNYA YANG DITUNGGU DATANG JUGA
08.17.00 | Author: HAEDAR SALMAN

Ya... setelah beberapa bulan lamanya menunggu-nunggu, akhirnya datang juga. Tanggal 01 April kemaren akhirnya di umumkan juga hasil penilain (appraisal) kinerja setahun ini. Satu per satu karyawan di panggil masuk ke ruangan meeting oleh Dep Head masing-masing. 

Ada yang keluar ruangan dengan tertunduk lesu dan layu, mungkin di karenakan hasil appraisalnya masih banyak kekurangan sehingga tak begitu memuaskan. Atau mungkin dia merasa hasil usahanya untuk mendapatkan nilai yang baik dan kenaikan jabatan adalah sia sia belaka, tanpa hasil.

Ada juga yang keluar dengan wajah yang berapi-api, penuh dengan emosi yang amat sangat besar. Kenapa? Mungkin di karenakan dia merasa telah mengikuti semua kemauan atasan namun tidak ada penghargaan dari si Atasan tersebut. Dia telah memperjuangkan dengan segenap usaha dan peluh keringatnya, namun apa daya ... atasan lah yang menentukan. Rasa kecewa, marah dan terhina berkecamuk di otak dan pikirannya. 

Ada lagi yang keluar dengan wajah biasa biasa saja, tanpa expresi. Tak terlihat ada nya kekecewaan ataupun kebahagiaan. Kira-kira kenapa ya? Mungkin dia selama ini memang tidak pernah memikirkan apa itu appraisal. Jadi dia bekerja...  yah sesuai dengan yang dia bisa, tak pernah berharap untuk di hargai lebih pekerjaannya, apalagi berharap untuk mengejar kenaikan pangkat atau jabatan. Dengan tanpa expresi menunjukan betapa cueknya dia. Bahagiakah dia??? Hanya Allah swt dan dirinya sendiri nya lah yang tahu ..................

Nah yang ini mungkin yang jelas jelas paling bahagia, mereka keluar dengan wajah yang sangat berseri-seri, cerah dan makin bersemangat. Kebahagiaan  jelas terpancar dari expresi nya. Mungkin dia mendapat kan hasil penilaian sesua dengan yang di harapkannya, dan mendapat kenaikan pangkat ... Dalam dua hari ini bisa terlihat kinerjanya meningkat pesat mungkin karena di dorong oleh semangat atas kepuasan yang didapatkannya. Mudah-mudahan ini berlanjut selamanya... 

Dari sekian banyaknya expresi yang terpancar, hanya satu yang kita bisa simpulkan bahwa apa yang kita peroleh haruslah selalu kita syukuri. Amarah, Iri, Emosi dan Euforia kebahagiaan, janganlah terlalu lama disimpan. Hilangkan itu dan marilah kita mulai babak baru dengan terus berusaha dan jangan lupa untuk tawakal kepada Allah swt.... 

Semoga Allah swt selalu memberkan kita kepuasan batin dan kedamaian, sehingga kita bisa menjalani hidup dan bekerja dengan tenang dan hati yang gembira.... Amin

TAWAKAL KEPADA ALLAH SWT
10.33.00 | Author: HAEDAR SALMAN

Tawakal adalah bekal yang diperlukan oleh kita sebagai manusia yang dalam perjalanan hidup ini, tidak selamanya berada dalam keberhasilan dan kesuksesan. Adakalanya kita akan mengalami kesulitan atau bahkan kegagalan. 

Tawakal artinya bergantung dan bersandar pada sesuatu. Ibnul Atsir berkata "Tawakal artinya menyerahkan urusan kepada pihak lain atau menggantungkan kepadanya. Hal ini disebabkan karena percaya penuh kepada yang diserahi atau ketidakmampuan menangani sendiri." (An-Nihayah Fi Ghoribil Hadits: 5/221)

Syaikh Ibnu Utsaimin roh. berkata "Tawakal adalah menyandarkan permasalahan kepada Alloh swt. dalam mengupayakan yang di cari dan menolak apa-apa yang tidak disenangi disertai percaya penuh kepada Alloh swt. dan menempuh sebab yang di izinkan syariat." (Al-Qoulul Mufid 'Ala Kitabit Tauhid. karangan: Ibnu Utsaimin: 2/185)

Dari pengertian tawakal tersebut, kita bisa simpulkan bahwa sebagai manusia kita tidak meiliki kuasa yang penuh terhadap nasib kita. Dan hanya kepada Alloh swt. lah kita harus menyerahkan dan menyandarkan nasib kita. sebagaimana Firman Alloh swt dalam Q.S An-Nisa' ayat 81 " ....dan tawakallah kepada Alloh swt. Cukuplah Alloh swt menjadi pelindung."

Rosulullah s.a.w bersabda: "Akan masuk surga dari umatku 70.000 orang tanpa dihisab ... mereka adalah orang-orang yang tidak minta ruqyah, tidak menyandarkan kesialan kepada burung dan sejenisnya, tidak berobat dengan besi panas, dan mereka bertawakal hanya kepada Robb (Tuhan) mereka." (HR. Al-Bukhori: 5578 dan Muslim: 218)

Jadi sebagai seorang muslim kita wajib hanya bertawakal dan berserah diri kepada Alloh swt, bukan kepada yang laen. Namun fenomena yang terjadi saat ini adalah banyak orang yang melupakan bahwa Alloh swt adalah Tuhan yang memiliki kuasa atas segala hal. Orang berbondong-bondong mendatangi "Ponari" dengan batu petir nya untuk berobat atas penyakit yang dideritanya. Mereka lupa bahwa Allah-lah yang maha menyembuhkan bukan batu milik ponari.

Itu hanya contoh dari segelintir orang yang telah lupa untuk bertawakal kepada Allah swt. Akan tetapi perlu kita sadari pula bahwa tawakal tidak semata-mata berserah atau menyerah pasrah atas nasib, namun kita juga harus terus berusaha (berihtiar). Dan ihtiar yang dimaksud adalah bentuk bentuk usaha yang sesuai dengan syariat islam.

Wahai saudaraku, jika engkau tawakal kepada Alloh swt dengan benar, engkau harus melakukan sebab (usaha / ihtiar) yang di syariatkan Nya bagimu yaitu mencari rezeki secara halal, bisa dengn bertani, berdagang, menjadi pekerja pada pekerjaan apa saja yang halal dan mendatangkan rezeki. Carilah rezeki dengan bergantung kepada Alloh swt niscaya Alloh swt akan memudahkan rezeki bagimu. (Syarhu Riyadhish Sholihin: 2/520)

source: Buletin Al Furqon

KISAH BUNGA MAWAR
11.41.00 | Author: HAEDAR SALMAN

Suatu ketika, ada seseorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan sekop kecil telah disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.

Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera disianginya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil. Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh pula duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapa duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.

Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, "Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini."

Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.

Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada 'mawar' yang tertanam. Tuhan yang menitipkannya kepada kita untuk dirawat. Tuhan lah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.

Namun sayang, banyak dari kita yang hanya melihat "duri" yang tumbuh. Banyak dari kita yang hanya melihat sisi buruk dari kita yang akan berkembang. Kita sering menolak keberadaan kita sendiri. Kita kerap kecewa dengan diri kita dan tak mau menerimanya. Kita berpikir bahwa hanya hal-hal yang melukai yang akan tumbuh dari kita. Kita menolak untuk "menyirami" hal-hal baik yang sebenarnya telah ada. Dan akhirnya, kita kembali kecewa, kita tak pernah memahami potensi yang kita miliki.

Banyak orang yang tak menyangka, mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyadari, adanya mawar itu. Kita, kerap disibukkan dengan duri-duri kelemahan diri dan onak-onak kepesimisan dalam hati ini. Orang lain lah yang kadang harus menunjukannya.

Jika kita bisa menemukan "mawar-mawar" indah yang tumbuh dalam jiwa itu, kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk membuatnya akan membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan diri kita tentang mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.

Semerbak harumnya akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan keruwetan hati. Mari, kita temukan "mawar-mawar" ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita. Mungkin, ya, mungkin, kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita bersedih nestapa.

Biarkan mawar-mawar indah itu merekah dalam hatimu. Biarkan kelopaknya memancarkan cahaya kemuliaan-Nya. Biarkan tangkai-tangkainya memegang teguh harapan dan impianmu. Biarkan putik-putik yang dikandungnya menjadi bibit dan benih kebahagiaan baru bagimu. Sebarkan tunas-tunas itu kepada setiap orang yang kita temui, dan biarkan mereka juga menemukan keindahan mawar-mawar lain dalam jiwa mereka. Sampaikan salam-salam itu, agar kita dapat menuai bibit-bibit mawar cinta itu kepada setiap orang, dan menumbuh-kembangkannya di dalam taman-taman hati kita.

di ambil dari email seseorang ...
PENINGKATAN KEMAMPUAN DIRI
15.55.00 | Author: HAEDAR SALMAN

2 Bulan lewat sudah dalam tahun 2009 ini . . . yah tak terasa memang. Namun apa yang telah kita lakukan dalam 2 Bulan ini? Sudahkah kita melakukan rencana rencana perubahan yang telah kita rencanakan sebelumnya? Atau justru malah kita belum merencakan apa apa?

Telah kita rasakan bahwa, tahun 2009 ini dimulai dengan awal yang cukup berat, bayang bayang Global Economic Crisis yang tak kunjung reda, ditambah bayangan akan kebutuhan hidup yang sudah barang tentu akan semakin besar, biaya untuk membuat dapur ngebul (baca: memasak), biaya sekolah anak - anak dan yang tak kalah memusingkan adalah biaya rumah sakit dan obat - obatan jika kita atau keluarga kita sakit (mudah-mudahan kita senantiasa di beri perlindungan dan kesehatan - Amin). 

Dengan berbagai masalah yang menbayang tersebut lalu apa yang harus kita lakukan???

Kebutuhan yang penting dan mendesak adalah kebutuhan hidup keluarga, yang selalu meningkat seiring laju inflasi. Untuk itu kita membutuhkan biaya (dalam hal ini Uang) yang tentu saja juga semakin besar. Dan untuk mendapatkan uang yang besar kita harus bekerja.. bekerja dan hanya bekerja ... 

Dengan bekerja kita akan mendapatkan upah yang bisa kita gunakan untuk membiayai kebutuhan hidup keluarga. Akan tetapi, apakah upah kerja kita juga akan meningkat seiring meningkatnya kebutuhan hidup??? Tentu Tidak semudah itu ... Untuk meningkatkan upah kita harus melalui peningkatan jabatan atau pangkat. Timbul lagi pertanyaan, Bagaimana kita bisa naik jabatan? Apa yang harus dilakukan??? Karena, seperti postingan saya sebelumnya, dalam dunia kerja persaingan itu ada, semua karyawan pingin naik gaji. Lalu gimana caranya supaya kita yang menang dan kita yang naik jabatan. Tak mungkin kan semua karyawan naik jabatan dalam waktu bersamaan?

Untuk itu, kita harus bisa menunjukkan kinerja yang jauh melebihi kinerja karyawan lain, kita harus bisa meningkatkan pengtahuan dan skill kita sehingga perusahaan tempat kita bekerja akan melihat bahwa kita layak untuk naik jabatan. 

Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan diri kita:

1. Instropeksi Diri

Kita harus bisa meng instropeksi diri dan perbuatan kita selama ini baik itu di keluarga, masyarakat dan juga di lingkungan kerja. Dari Instropeksi ini, diharapkan kita bisa mencatat apa point yang bagus dan tingkatan yang kita peroleh dan apa yang buruk dan yang bisa menurunkan kinerja kita. Dengan demikian kita bisa merencanakan perubahan - perubahan dan menerapkan nya dengan tepat. 

2. Kemampuan Mengendalikan Diri

Banyak sekali permasalahan yang ditimbulkan dari tidak bisanya kita untuk mengendalikan diri kita sendiri yang bisa meluas dengan tidak bisa mengendalikan keluarga dan pekerjaan kita. Kemampuan mengendalikan diri yang baik akan membawa kita untuk mengambil langkah - langkah dan keputusan - keputusan yang tepat. Sehingga kita akan minimal terhindar dari kesalahan dalam pengambilan keputusan.

3. Keteladanan Melalui Sikap yang Baik

Setelah kita mampu meng instropeksi dan mengendalikan diri, maka kita tinggal memperlihatkannya dalam aktivitas kita sehari - hari. Dalam pekerjaan kita harus bisa menunjukkan hal hal yang positif dengan hasil kerja yang bagus. Dengan demikian kita mampu memimpin keluraga kita dan akhirnya dipercaya untuk memimpin rekan - rekan kita dalam pekerjaan.

4. Jangan Berhenti Belajar

Belajar adalah kunci dari peningkatan pengetahuan dan skill kita. Dengan kita terus tekun belajar, maka kemampuan kita akan terus meningkat. Perlu di ingat bahwa dalam belajar itu, tidak akan ada ujungnya, maka kita harus terus belajar dan belajar... Dunia ini terus berputar, begitu juga kehidupannya juga akan terus berubah. Jika kita berhenti untuk belajar, tentu sudah pasti kita akan tertinggal ... Dalam pekerjaan, jangan lah ragu untuk mempelajari hal - hal baru, karena dengan begitu kita akan mampu menciptakab inovasi - inovasi baru dalam pekerjaan dan pekerjaan - pekerjaan yang awalnya tidak bisa kita kerjakan, pasti akan kita selesaikan dengan baik. Yaitu dengan BELAJAR . . .

5. Disiplin dan Tegas dalam Bertindak

Ketegasan diperlukan dalam pengambilan keputusan hidup, tanpa adanya ketegasan maka kinerja kita pun pasti tidak akan mencapai 100%. Karena keragu-raguan hanya akan menjadi penghambat. Jika kita sudah merencanakan suatu pekerjaan, maka kita harus disiplin dan tegas dalam melaksanakannya, sehingga hasil yang diperoleh pun akan maksimal.

Marilah kita lakukan hal hal di atas secara bertahap, sehingga kita mampu meningkatkan kemampuan diri kita.

"Peningkatan Kesejahteraan memerlukan Peningkatan Penghasilan, Peningkatan Penghasilan memerlukan Peningkatan Kinerja, dan Peningkatan Kinerja memerlukan Peningkatan Kemampuan Diri"

Teruslah berusaha dan tetap semangat

APPRAISAL?? WHAT IS THAT?
08.55.00 | Author: HAEDAR SALMAN

Januari telah berlalu, dan sebentar lagi February pun akan lewat, kemudian Maret datang dan selanjutnya April... Yah begitulah urutan bulan dalam setahun, kita tak bisa memutar baliknya, atau kita tak bisa membuang beberapa bulan yang tidak kita inginkan.

Maret dan April? Kedua bulan ini merupakan bulan bulan yang sulit, khususnya di perusahaan saya. Dalam kedua bulan ini, masa depan kami di tentukan... Appraisal namanya, bulan bulan penilaian. Ideal nya adalah bulan ini akan membawa kegembiraan bagi siapa saja karyawan yang mendapat nilai bagus (A+++) dan akhirnya di promosikan untuk naik grade. Namun bulan ini juga membawa duka, sesal dan kekecewaan yang amat sangat dalam bagi siapa saja yang merasa telah berjuang sekuat tenaga tapi hanya mendapat nilai yang cukup yang akhirnya tidak mendapatkan kenaikan grade yang selalu di nantikannya.

Saya tidak bisa pungkiri, bahwasanya sebagai seorang karyawan saya juga ingin selalu bisa mendapat nilai bagus, dipromosikan untuk naik grade dan dengan sendirinya gaji saya pun juga akan naik. Namun saya juga tidak akan berharap banyak, yah yang diharap cuma satu... "NAIK GAJI"... he he ... 

Bagi beberapa orang, mereka menaruh harapan besar pada penilaian kali ini. Mereka telah menunjukkan jerih payah yang amat hebat di selang setahun sebelumnya. Maka itu mereka sangat menginginkan untuk mendapat nilai yang bagus di bulan April nanti.

Ada beberapa hal yang sangat mengecewakan terjadi di selang bulan Jaanuari - Maret, antara lain:

- Ada orang yang kinerja awalnya biasa biasa saja, namun pada dua bulan ini boleh di bilan menjadi amat sangat luar biasa. Aneh memang.... kenapa mereka harus menunggu bulan Januari untuk menjadi luar biasa? Lalu apakah setelah bulan April mereka akan tetap luar biasa?

- Ada lagi orang yang kinerja nya tetap biasa biasa saja, namun usahanya adalah dengan menjatuhkan karyawan lain. Setiap ada kesempatan untuk menjelekkan kinerja orang, dia pasti akan menunjukkan tajinya. Dia menghsut sana, hasut ini untuk sama sama menciptakan image jelek terhadap seseorang..... kenapa seh harus ada yang seperti ini? kenapa harus dengan menjatuhkan orang lain? Apakah meereka mendapat kebanggaan dari jatuhnya orang lain???

- Selanjutnya, ada juga orang yang kinerjanya biasa-biasa saja namun dia berusaha untuk menjilat atasan. Yang dengan menjilat, maka kinerja yang biasa saja pun pasti akan kelihatan luar biasa... kenapa juga yah ada yang berbuat seperti ini? 

- Ada juga orang yang malah menurun kinerja nya. kenapa? yah mungkin di karenakan dia telah capek, dia telah lelah dengan bergam kekecewaan yang diterimanya. Makanya dia menghilangkan harapan harapam untuk naik grade dari pikirannya. Sehingga dia tidak merasakan apa apa pada saat penilaian.

- Terakhir mungkin, ada orang yang memang konsisten untuk menjadi luar biasa namun tidak terpegaruh kinerjanya oleh hal hal seperti appraisal ini. Yah di pikirannya mungkin, kerja adalah ibadah. jadi kalo beribadah dengan ikhlash dan tulus tanpa mengharap penghargaan dari orang lain, maka pahala yang diperoleh nya pun akan sangat luar biasa. namun apakah ada orang seperti ini??? Hanya Allah dan diri kita sendirilah yang tahu. Yang pasti siapapun yang bisa seperti ini, InsyaAllah hidupnya akan senantiasa dalam ketenangan, dan akan di jauhkan dari rasa iri, dengki dan hasut. Dia pun pasti akan senantiasa bersyukur atas nikmat yang diperolehnya.

Dan kemudian kita ini masuk kelompok yang mana??? Mudah-mudahan kita semua termasuk golongan orang yang terakhir. Amin

"HIDUP ADALAH SEBUAH PILIHAN, MAKA PILIHLAH YANG TERBAIK UNTUK HIDUPMU"

Pagi ini saya menerima email dari seorang rekan yang isinya membuat saya "trenyuh" istilah orang jawa bilang. Ceritanya sangat mengena dengan keadaan di tempat kerja saya saat ini. Berikut saya quote ceritanya:

=========================================

Tenzing Norgay adalah nama orang, mungkin buat kebanyakan dari kita akan mengatakan nama yang aneh.....dari negara mana nama tersebut berasal?.... .
Mungkin Anda pernah membaca atau mendengar namanya...mungkin juga belum...bagaimana kalau saya sebutkan nama Sir Edmund Hillary...ya kalau yang ini sih saya sering dengar atau pernah baca biografinya atau pernah mendapatkan kisah hidupnya dalam sebuah artikel atau sewaktu mengikuti seminar.
Ya, Sir Edmund Hillary adalah orang pertama di dunia yang berhasil mencapai puncak gunung tertinggi dunia Puncak Gunung Everest. Tetapi saat ini bukan Sir Edmund Hillary yang akan kita bahas, tetapi Tenzing Norgay.

Tenzing Norgay seorang penduduk asli Nepal yang bertugas sebagai pemandu bagi para pendaki gunung yang berniat untuk mendaki gunung Everest. Tenzing Norgay menjadi pemandu ( orang nepal menyebutnya Sherpa ) bagi Sir Edmund Hillary. Pada tanggal 29 Mei 1953 jam11.30, Tenzing Norgay bersama dengan Sir Edmund Hillary berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi Everest pada ketinggian 29,028 kaki diatas permukaan laut dan menjadi orang pertama didunia yang kemudian menjadi inspirasi dan penyemangat bagi ratusan pendaki berikutnya untuk mengikuti prestasi mereka. Pada rentang waktu tahun 1920 sampai dengan tahun 1952, tujuh tim ekspedisi yang berusaha menaklukkan Everest mengalami kegagalan.

Keberhasilan Sir Edmund Hillary pada saat itu sangat fenomenal mengingat baru berakhirnya Perang Dunia II dan menjadi semacam inspirator untuk mengembalikan kepercayaan diri bagi seluruh bangsa di dunia. Karena keberhasilannya, Sir Edmund Hillary mendapatkan gelar kebangsawanan dari Ratu Inggris yang baru saja dilantik saat itu Ratu Elizabeth II dan menjadi orang yang paling dikenal di seluruh dunia.

Tetapi dibalik keberhasilan itu Tenzing Norgay memiliki peran yang sangat besar, mengapa Tenzing Norgay tidak menjadi terkenal dan mendapatkan semua yang didapatkan oleh Sir Edmund Hillary padahal ia adalah sang pemandu yang membantu dan mengantarkannya mencapai Puncuk Mount Everest? Seharusnya bisa saja ia lah orang pertama yang menginjakkan kaki di puncak Mount Everest bukan Sir Edmund Hillary.

Sesaat setelah Sir Edmund Hillary bersama Tenzing Norgay kembali dari puncak Mount Everest, hampir semua reporter dunia berebut mewawancarai Sir Edmund Hillary, dan hanya ada satu reporter yang mewawancarai Tenzing Norgay, berikut cuplikannya :

Reporter :
Bagaimana perasaan Anda dengan keberhasilan menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia?
Tenzing Norgay :
Sangat senang sekali
Reporter :
Andakan seorang Sherpa (pemandu) bagi Edmund Hillary, tentunya posisi Anda berada di depan dia, bukankah seharusnya Anda yang menjadi orang pertama yang menjejakkan kaki di puncak Mount Everest ?
Tenzing Norgay :
Ya, benar sekali, pada saat tinggal satu langkah mencapai puncak, saya persilakan dia (Edmund Hillary) untuk menjejakkan kakinya dan menjadi orang pertama di dunia yang berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi di dunia....
Reporter :
Mengapa Anda lakukan itu ???
Tenzing Norgay :
Karena itulah IMPIAN Edmund Hillary, bukan impian saya ... impian saya hanyalah berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih IMPIANnya.

Ya, itulah sekelumit kisah tentang seorang pemandu pendaki bernama Tenzing Norgay. Ia tidak menjadi serakah, ataupun iri dengan
keberhasilan, nama besar dan semua penghargaan yang diperoleh Sir Edmund Hillary. Ia cukup bangga dapat membantu orang lain mencapai & mewujudkan IMPIANnya.
=========================================

Dari cerita ini saya bisa merasakan betapa bahagianya orang seperti Tenzing Norgay, yang dalam hidupnya bisa dengan ikhlash membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan, penghargaan ataupun kehormatan. 

Namun cerita ini bertolak belakang dengan apa yang terjadi di tempat kerja ku. Dimana semua orang saling berjibaku mengejar nama maik, mengejar penghargaan dari atasan, mengejar penghormatan dari bawahan dan lain sebagainya... Ya, memang tak bisa dipungkiri, bahwasanya kita bekerja untuk mengjar karir, namun yang saya tidak bisa mengerti, "kenapa mereka harus mengejar nama baik dengan menjelekkan orang lain? kenapa mereka harus mengejar penghargaan dan kehormatan dengan menghancurkan orang lain?"... 

Apakah tidak sebaiknya kita melihat Tenzing Norgay, yang bia membanggakan dirinya sendiri dengan membantu orang lain untuk bisa membanggakan diri mereka sendiri? 

Mari kita tanyakan pada diri kita sendiri "Apakah kita bisa menjadi seperti Tenzing Norgay?" atau "apakah kita mau menjadi Tenzing Norgay?"

BAGAIMANA MENGALAHKAN STRESS???
14.54.00 | Author: IEWE2804

STRESS!!!

Kata ini menjadi kata yang paling sering saya denger akhir-akhir ini. Semakin terus mendalamnya krisis perekonomian dunia, yang pada akhirnya menjangkau krisis perekonomian rumahtangga kita. 

Sering sekali di kantor saya mendengar Boss mengatakan "STRESS" karena melihat penjualan yang semakin lama bukan semakin tinggi tapi malah semakin rendah, semakin banyak customer yang meminta pengiriman untuk di postponed atau bahkan malah tak sedikit pula yang membatalkan permintaan mereka. Yah mungkin memang sudah sepantasnyalah beliau STRESS memikirkan hal ini ... 

Di luar kantor pun tak jarang kita dengar kata-kata ini, para pedagang keliling yang mengatakan "STRESS" lantaran mencari minyak tanah atau elpiji yang sangat amat susah, belum lagi harga-harga barang-barang yang masih tinggi walaupun pemerintah kita sudah menurunkan harga BBM.

Didalam rumah? Saya justru lebih sering mendengarnya, Istri yang bilang "STRESS" karena jatah bulanan yang terpaksa harus dikurangi (karena lemburan saya sedikit), anak-anak yang "STRESS" karena tugas-tugas sekolah yang semakin menumpuk dan susah untuk di kerjain....

Yah, demikianlah fenomena yang ada ... "STRESS" melanda siapa saja, mulai dari anak-anak, pemuda. mulai dari pedagang kaki lima, pengusaha bahkan pemerintah pun "STRESS"....

Lalu muncul pertanyaan di benak saya "Bagaimana cara saya mengalahkan STRESS?".  karena untuk menghindari nya itu mustahil. Dimanapun, kapanpun dan apapun yang saya kerjakan, pasti saya akan mengalami "STRESS".  

Pada akhirnya saya menemukan jawabannya, antara lain : 

Pertama,  Ingat kepada Allah Tuhan Semesta Alam maka kita akan mengalahkan belitan STRESS

Pada saat Sholat Jumat, saya mendengarkan Khotib berkhutbah mengatakan bahwa barang siapa yang selalu mengingat Allah, maka dia akan di berikan ketenangan hati dan pikiran, bila hati dan pikiran senantiasa tenang, maka kita akan terhindar dari "STRESS". Tapi apakah hanya dengan berdzikir, contoh mengucap "Laa Ila ha Illallaah" bisa langsung menghilangkan STRESS? Tentu saja tidak semudah itu, kita harus membiasakan diri dengan berdzikir yang langsung terhubung dengan hati, jadi lidah kita mengucapkan dzikir yang langsung di ikuti oleh hati kita sehingga kita akan merasa Allah ada senantiasa bersama kita. Jika kita sudah bisa merasakan hal ini, maka niscaya "STRESS" akan menjauhi hidup kita... Mari senantiasa membisakan lidah dan hati kita untuk berdzikir, agar supaya kita senantiasa di beri ketenangan. Amin.

Kedua, cara mengalahkan "STRESS" adalah dengan menghadapi masalah yang membuatnya, bukan menghindarinya.

Seorang teman saya memforward email yang berisi Tips untuk menjalani hidup, kalo ga salah dari "Mario Teguh". Pada hari itu, tips nya seperti ini

"Kekuatan terbesar yang mengalahkan stress adalah kemampuan memilih pikiran yang tepat.
Anda akan menjadi lebih damai bila yang Anda pikirkan adalah jalan keluar dari masalah itu."

Awalnya saya juga kurang bisa mengerti makna dari kalimat tersebut, tapi setelah berulang kali saya membacanya, saya sedikit mengerti makna dari kalimat tersebut. Yang kurang lebihnya adalah sebagai berikut bahwasanya kita tidak akan pernah bisa menghindar dari yang namanya "STRESS". Walaupun pada suatu saat memang kita bisa menghindarinya, pasti pada saat yang lain kita akan menemui nya kembali, lalu apakah kita akan selamanya menghindar? pepatah bilang, sepandai pandainya tupai melompat, pasti jatuh juga. Bisa disimpulkan bhwa kita tidak akan bisa menghindar untuk selamanya. Yang harus kita lakukan adalah dengan memikirkan akar permasalahan yang membuat kita "STRESS", lalu kita pikirkan cara untuk menghilangkan masalah ini dari kehidupan kita. meskipun akan terasa berat dan bahkan tak jarang kita akan mengalami kegagalan, tapi ini adalah cara yang lebih baik untuk menghadapi sumber masalah. Sehingga di kemudian hari, kita tidak akan menemui "STRESS" karena di akibatkan masalah yang sama. 



Bayangkan seorang pengusaha jenius sekaliber Schultz (ia baru dijuluki pengusaha jenius setelah sukses, tetapi saat pertama kali menawarkan ide bisnis menjual segelas kopi seharga puluhan ribu rupiah, ia diteriakin GILA dan ditolak ratusan orang). Ia mampu mengubah produk komoditas murah (kopi) menjadi produk eksklusif(customer-experience) berharga luar biasa mahal. Ia pandai pula mendapatkan dana segar nan murah melalui GO PUBLIC. Ia pandai pula memanfaatkan media sebagai "public relation" untuk mempromosikan Starbucks. Ia pandai pula membangun partnership dgn perusahaan global seperti Pepsi, dst.

Hasilnya LUAR BIASA. Dengan kekuatan "KONSEP DUPLIKASI", kedai kopi pertama yang dibangun Schultz tahun 1985, menjelma menjadi lebih dari 10,000 toko di tahun 2006, tersebar di seluruh dunia. Dan terus berlipat GANDA setiap tahun sampai sekarang.... .

Schultz lalu memutuskan untuk PENSIUN. Di tahun 2000, ia menggaji seorang "mandor" utk mengurus jaringan Starbucks nya di seluruh dunia. Tentu saja sang mandor disebut dengan istilah keren "CEO" bernama Orin C. Smith.


Baik sang TUKANG BECAK (di postingan saya sebelumnya) maupun SCHULTZ sama2 mencapai "financial freedom". Yang satu pencapaiannya hanya kelas regional, yang satu lagi kelas dunia...... Sedangkan milyaran penduduk dunia tidak pernah mencapai "financial freedom" walaupun hanya di kelas regional saja....

==================

Bila sang TUKANG BECAK tamatan SD mampu melakukannya, seorang tamatan S1 secara logika pasti bisa melakukannya dengan hasil 3 kali lipat lebih banyak (SD ke S1 kan ada 3 tahap, yakni SMP, SMU, baru Universitas). 

Mari kita ambil hikmahnya. Seandainya salah satu dari kita bisa memanfaatkan hikmah tsb dgn TAKE ACTION, semoga financial freedom bisa tercapai dalam 5 tahun mendatang... .
===dari beberapa sumber===
FINANCIAL FREEDOM ALA TUKANG BECAK
16.51.00 | Author: IEWE2804

Saya mendapat email dari seorang teman yang entah darimana sumbernya, tapi ceritanya sangat bermanfaat untuk kita renungi dan bahkan kita ikuti... itu menurut saya... singkat kata ceritanya seperti berikut:

TUKANG BECAK tamatan SD yang sudah mencapai "financial freedom" setelahbekerja hanya lebih kurang 5 tahun saja, dgn "passive income" Rp.9 juta/bulan!!!

Becak ke-1 :
==> Seorang tukang becak memiliki becak motor dengan penghasilan bersih Rp.60,000/hari (bekerja dari pagi hingga larut malam). Biaya hidupnya sekitarRp.30,000/hari. Lalu ia berjuang utk konsisten menabung Rp.30,000/hari.Dalam tempo 400 hari, ia mampu membeli becak kedua yang harganya Rp.12juta/unit.

Becak Ke-2 :
==> Ia sewakan becak keduanya dengan tarif Rp. 30,000/hari. Sementara ia tetap menarik becak pertamanya. Sekarang ia bisa menabung Rp 60,000/hari.Dalam tempo 200 hari, ia mampu membeli becak ketiga.

Becak Ke-3 :
==> Ia sewakan becak ketiganya, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp.90,000/hari. Dalam tempo 134 hari, ia membeli becak ke-4.

Becak Ke-4 : 
==> Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp.120,000/hari. Dalam tempo 100 hari, ia membeli becak baru lagi.

Becak Ke-5 :
==> Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp. 150,000/hari. Dalam tempo 80 hari, ia membeli becak baru lagi.

Becak Ke-6 :
==> Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp. 180,000/hari. Dalam tempo 67 hari, ia membeli becak baru lagi.

Becak Ke-7 :
==> Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp. 210,000/hari. Dalam tempo 57 hari, ia membeli becak baru lagi.

Becak Ke-8 :
==> Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp. 240,000/hari. Dalam tempo 50 hari, ia membeli becak baru lagi.

Becak Ke-9 :
==> Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp. 270,000/hari. Dalam tempo 45 hari, ia membeli becak baru lagi.

Becak Ke-10 :
==> Ia sewakan becak tsb, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp. 300,000/hari. Dalam tempo 40 hari, ia membeli becak baru lagi.

Setelah becak ke-10, ia berhenti menarik becak. Ia sewakan becak pertamanya ke orang lain. Ia lalu menggaji seorang "mandor" untuk mengurusi ke-10 becak- nya. Ia PENSIUN. Kini ia menikmati penghasilan Rp. 300,000/hari, atau Rp. 9 juta/bulan (sebelum potong gaji sang mandor). Jika ditotal semua usahanya tsb hanya dicapai dalam tempo 3,2 TAHUN SAJA.

===================

Tentu saja ini cuma sebuah ilustrasi, dengan menarik garis lurus dari sebuah bisnis. Katakanlah dalam tempo 10 tahun (bukan 3,2 tahun seperti dalam ilustrasi), sang TUKANG BECAK mampu mencapainya. Ini LOGIS, dan bisa terjadi.
Berapa banyak TUKANG BECAK di dunia yang seperti itu? Mungkin 1 banding 10 juta. Tetapi ADA.
Berapa banyak TUKANG BECAK di dunia yang menjadi tukang becak seumur hidupnya dan terus hidup susah? Buanyyaaak sekali.

=====================

Sekarang bandingkan dengan banyak profesional tamatan S1 ataupun S2, atau bandingkan dengan para pengusaha yang masih harus bergelut dengan kesibukan mencari nafkah setiap hari. Kontras sekali bukan....

THINK OUT OF THE BOX.

Perbedaannya akan bagaikan langit dan bumi. Kunci kesuksesannya terletak pada "duplikasi". Ini rahasianya : 
"Jalankan bisnis yang mudah diduplikasikan, dan tidak perlu keterlibatan kita
secara penuh dalam bisnis tsb."
Contoh : Ikuti bisnis franchise yang berpotensi, beli asset lalu sewakan asset tsb, dst.

KUNCI UTAMA LAINNYA adalah :
Hidup hemat pada awalnya untuk menabung, uang tabungan di-investasikan untuk menghasilkan uang, lakukan terus berulang2, setelah penghasilannya sudah cukup besar, barulah hidup bersenang2.
 
Kita hanya diajari oleh guru di sekolah tentang teori2 Albert Eintein seperti rumus kekuatan bom atom spt "E=MC2", dst. Tetapi tidak diajarkan bahwa "kekuatan duplikasi" juga dikagumi oleh Albert Eintein, ilmuwan paling cemerlang abad 20, ia mengatakan "Kekuatan duplikasi adalah keajaiban dunia ke delapan."


SILENCE IS NOT ALWAYS GOLDEN
16.04.00 | Author: IEWE2804
Tidak semua diam adalah emas.

Telah lama kita mendengar ungkapan bahwa diam itu emas. Diam dan keheningan itu adalah peng-indah pembicaraan, dan diam pada saat yang tepat justru membuat seseorang berbicara lebih fasih daripada mereka yang melulu berbicara.

Tetapi tidak semua diam dan keheningan adalah emas.
Pada banyak kesempatan, diam itu justru menjadi sebab dari masalah-masalah besar, dan menjadi pemberi ijin bagi keberlanjutan dari keburukan dan kejahatan.

Diam adalah sebuah bentuk persetujuan; sehingga seseorang yang diam dihadapan kesalahan dan kejahatan -telah sebetulnya sama dengan menyetujui terjadinya kesalahan dan tidak menolak dilaksanakannya kejahatan.

Bila kita dinilai dari apa yang kita katakan, mohon Anda sadari bahwa kita juga dinilai dari apa yang kita diamkan.

Maka terhadap apakah Anda diam?

Keheningan bukanlah sebuah pelajaran. Yang Anda dengar dalam keheningan itu lah -yang menjadi pelajaran keemasan.

Keheningan bukan lah hanya tidak adanya suara. Keheningan adalah tempat kembali bagi pribadi-pribadi yang berupaya mengerti, karena dalam relung-relung keheningan yang damai itu lah-tergemakan suara-suara yang tak terdengar oleh telinga.

Tetapi kita tidak dapat hidup sepenuhnya hanya dalam keheningan. Bahkan mereka yang menemukan kedamaian dan pengertian dalam keheningan -akhirnya akan terpaksa meninggalkan dunia senyap itu-karena setelah beberapa saat, pengertian yang terdengar dalam keheningan itu akan tumbuh menjadi bentuk kebisingan yang memekakkan telinga hati.

Setelah Anda mengerti -keheningan akan mengusir Anda keluar, agar Anda sibuk bergaul dalam kehidupan ramah yang saling menguntungkan dengan orang lain, karena sebetulnya untuk itu lah pengertian itu diberikan kepada Anda.

Diam adalah bahasa yang sering disalah-artikan.

Bagi mereka yang tidak memiliki sesuatu yang bernilai untuk dikatakan, diam adalah penyelamat yang baik. Tetapi, di hadapan mereka yang menikmati kemenangan atas kelemahan orang lain-diam adalah tanda kebodohan yang bisa diambil keuntungan darinya.

Maka meskipun diam itu emas, berhati-hatilah dalam memilih kepada siapa Anda diam, tentang hal apa Anda diam, kapan saat Anda diam, dan cara yang Anda gunakan untuk diam.

Bila penguasaan bahasa Anda dinilai dari kefasihan Anda dalam menggunakan kata-kata dan tata olah bicara, mohon Anda ingat bahwa Anda juga dinilai dari kefasihan Anda dalam menggunakan tidak adanya kata. Dengannya, hanya diam saja -tidak cukup untuk mencapai kualitas keemasan pribadi kita.

Fasih berbicara adalah juga fasih untuk tidak berbicara.

Keheningan sering memperbesar penderitaan karena kecenderungannya untuk mengulangi kejadian.

Perhatikanlah, orang sering merasa tersinggung-tidak pada saat dia mendengar perkataan yang merendahkan; tetapi lama setelah keheningan mengulangi kata-kata itu berkali-kali dalam kesendiriannya.Perhatikanlah juga,bagaimana dia menjadi semakin bersedih, setelah dia memutar ulang cerita ketidak-beruntungan hidupnya.

Maka, apakah kira-kira nama dari tempat sampai-bagi dia yang menemukan kesenangan dalam mengulangi cerita kesulitan dan kegagalannya?

Lalu, perhatikanlah bagaimana seorang yang lain -menjadi congkak karena senang memutar ulang saat-saat pendek di mana dia menang dan dipuji-puji oleh orang lain.

Itu adalah alasan mengapa kita sering menemukan orang-orang kecil dengan kesombongan besar.

Padahal, seseorang yang telah mencapai kebesaran -justru merasa paling takut untuk berada lagi dalam kegembi raan yang menyertai keberhasilannya dulu; karena, kegembiraan dari hasil pengu langan seperti itu -mudah tumbuh menjadi kebanggaan, dan yang kemudian beralih wajah menjadi kesombongan.

Karena dia mengerti bahwa tidak ada keberhasilan kecuali yang Diijinkan -sebagai gantinya dia memilih untuk mengulangi rasa bersyukur yang menghampirinya bersamaan dengan kedatangan keberhasilan.

Dengan demikian, kehati-hatian dalam mengijinkan apa yang boleh diulangi dalam keheningan -adalah kunci menuju kekuatan hati.

Bagi hati yang mencari, keheningan adalah tempat untuk menemukan.
Bagi yang sudah menemukan, nilai dari pengertian itu hanya sebanding dengan keikhlasannya untuk menerima.
Dan bagi yang sudah menerima, nilai dari penerimaannya bergantung pada nilai yang bisa dibangunnya untuk orang lain -dari pengertian itu.
Maka diam -dan keheningan, hanya bernilai bagi yang merindukan nilai.


=== dari beberapa sumber ===



JANGAN JALANI HIDUP SENDIRIAN
10.27.00 | Author: IEWE2804
Sudah hampir tengah malam. Alun-alun kota mulai sepi. Sepasang suami istri setengah baya itu mengemasi dagangannya. Sang istri membereskan piring, gelas dan perabot lain. Sedangkan si suami memasukkannya dalam gerobak. Sesaat mereka menghitung berapa laba yang masuk. Siapa pun tahu, penghasilan tak selalu datang seperti yang diharapkan. Terkadang hujan turun, terkadang petugas ketertiban menghalau, atau terkadang semuanya begitu menggembirakan. Manis dan asam memang bumbu penyedap sehari-hari. Yang pasti, esok, kehidupan sekali lagi harus dijalani. Mempunyai tekad keras serta berusaha tanpa menutupi muka seringkali tak cukup. 


Kita perlu sebuah kekuatan batin; yaitu, kemampuan untuk menerima segala sesuatu yang terjadi. Orang bilang, ini adalah sebuah keberserahan diri, sebuah tawakal, sebuah kepasrahan. Sepasang suami istri itu berjalan bergegas. Yang laki mendorong gerobak, yang perempuan terkantuk-kantuk duduk diatasnya. Keduanya berlalu menembus malam. Hidup memang bukan untuk dijalani sendiri. Tapi bersama teman, sahabat atau kekasih, hidup adalah untuk saling kuat-menguatkan, topang-menopang, serta kasih-mengasihi.  


Janganlah kita merasa sendiri dalam menjalani hidup ini. Kesendirian karena kita merasa mampu akan kemampuan kita dan tak perlu bantuan dari orang laen. Ataupun kesendirian karena kita merasa dikucilkan dan tak ada yang mau membantu kita. Perlu disadari bahwa kita tak akan pernah sendiri, di dunia ini ada orang tua kita yang selalu sabar memberi kasih sayangnya, ada istri kita yang senantiasa sabar memberikan kita semangat dan menghangatkan hati kita, ada anak-anak kita yang senantiasa menanti dan mengahrapkan bimbingan kita, ada sahabat dan teman kita yang selalu siap menyokong dan mendukung kita, dan yang terpenting ada Allah yang selalu mengawasi dan memberikan curahan nikmatnya yang tanpa batas jumlah dan masanya.  


Oleh karena itu, kita harus senantiasa memberikan yang terbaik dari diri kita untuk orang - orang yang senantiasa bersama kita dalam menjalani hidup kita ini. Semoga Allah senantiasa memberikan nikmatnya dan tidak membutakan hati kita untuk mensykurinya. Amin... 


===dari berbagai sumber===