Penjual Ikan Asin yang Kaya Hati....
16.00.00 | Author: HAEDAR SALMAN
sore kemarin, mata saya secara tak sengaja menangkap, sesosok nenek-nenek berusia 70 an tahun, yang sedang menjajakan nasi aking, kepada setiap orang yang ditemuinya."bu..beli nasi aking bu...ini buat cucu saya beli susu" sapa si nenek, kepada setiap orang yang ditemuinya. Beragam komentar yang ditemui oleh si nenek, ada yang mengejek, ada yang bilang nggak punya uang. Ada yang bilang, mau memberi uang, tapi tidak membeli, karena nasinya memang terbilang mahal, Rp. 20.000, untuk nasi yang menurut salah seorang penawar, mestinya harganya Cuma Rp.1000,- saja. "Rp. 1000, saja, ini paling beratnya Cuma setengah kilo...Rp.1000, - saja" ujar wanita separuh baya, dengan wajah sedikit sadis.

"nak, tolong saya nak, dibeli Rp.20.000, untuk saya beli susu untuk cucu saya. karena anak saya sakit, jadi saya harus cari uang..., cucu saya masih kecil nangis terus..." sang nenek menghiba."Udah Rp. 1000 saja.." ujar wanita separuh baya itu, sambil berusaha mengeluarkan uangnya...."Jangan nak...", sang nenek menggeleng.."Rp. 20.000 ya nggak laku...." ujar wanita paruh baya, dengan suara meninggi.. Sang nenek pun pamit, dengan wajah kecewa... hari sudah maghrib..sang nenek masih tetap berusaha menjual nasi aking, untuk cucunya yang sakit. Dengan wajah yang lelah, ia berusaha menyeret kakinya yang telah tua. Di matanya, terbayang wajah cucunya yang sedang menangis, sementara anaknya yang sedang sakit, berusaha untuk menghibur sang cucu. Itulah yang membuatnya sampai maghrib, belum berhenti menjajakan nasi akingnya, yang belum juga menunjukkan tanda-tanda akan ada pembelinya. Tiba-tiba, dikejauhan, ia melihat seorang wanita, yang telah tua juga, menggendong keranjang di punggungnya. Sepertinya, wanita ini baru pulang dari menjajakan dagangannya. Dengan tergopoh-gopoh, sang wanita tua, menghampiri wanita yang menggendong keranjang.

"nak, beli lah nasi aking saya ya...Rp. 20.000 saja, untuk beli susu cucu saya.." Wanita yang menggendong keranjang, menyapukan pandangannya ke wajah nenek yang sudah sangat tua ini. Dipegangnya nasi itu, ditimang-timangnya sejenak.. Dirogohnya, dada sebelah kirinya, dan dikeluarkannya buntalan kecil dari sana. Dibuka, dan dikeluarkannya uang Rp. 20.000 dari buntalan itu. Sembari tersenyum, diangsurkannya lembaran uang tersebut kepada sang nenek. "Nek, semoga anak nenek cepet sembuh ya...semoga cucu nenek berhenti nangisnya... " Tiba-tiba, saya merasakan kedua kelopak mata saya menjadi hangat...tak terasa pemandangan itu begitu mengharukan hati saya. saya bisa merasakan, kesulitan hidup wanita yang menggendong keranjang, dari kerut-kerut di wajahnya, dari apa yang digendongnya, dari senyum getir yang keluar dari bibirnya ketika ia berbicara. Tapi tiba-tiba, dengan senyum yang begitu tulus, ia mau membantu orang lain yang berada dalam kesulitan. Ia lupakan sejenak, kesulitan hidupnya di rumah. Dengan kebijaksanaan yang di anugerahkan Tuhan, kepada wanita, yang sepertinya tidak berpendidikan itu, ia bisa menimang, cucu nenek tua itu, perlu ditolong segera. Sementara ia, masih bisa dan punya kesempatan, untuk mencari rejeki lain, untuk keluarganya di rumah.

Pemandangan semakin mengharukan, ketika wanita itu, berpamitan pada sang nenek, untuk melanjutkan perjalanannya pulang. Seperti seorang prajurit yang kalah perang, ia melangkah gontai. Mungkin seluruh keuntungannnya hari ini, telah diserahkan kepada sang nenek. Tapi dari keikhlasannya, terllihat, bahwa ia melanjutkan perjalanan dengan hati yang senang. Pemandangan menjadi semakin mengharukan, ketika seseorang, tiba-tiba mengangsurkan 20 lembar, uang Rp. 50.000,- an, kepada wanita ini. Tentu saja wanita ini berusaha menolak, namun sang pemberi uang, tetap memaksanya. Sang pemberi uang pun menjelaskan, uang itu adalah karena kebaikan hatinya menolong sang nenek. kejadian itu, di shooting oleh RCTI, untuk ditayangkan di acara Toolong, yang rutin disiarkan di Televisi swasta nasional itu.

Kontan saja, wanita ini menangis histeris saking bahagianya. Wanita ini, tidak pernah berharap imbalan, ia menolong karena keikhlasan hatinya. Ia tidak pamrih, namun, ternyata ada yang peduli dengan keikhlasannya. Tiba-tiba saya iri, dengan keikhlasan wanita yang menggendong keranjang tadi... Kita kadang-kadang, sebagai orang-orang yang berpendidikan, sudah terlalu pandai berhitung ini itu. Sampai-sampai, dihati kita sudah tidak tersisa lagi ruang, untuk menolong sesama, untuk memikirkan kesulitan makhluk lain, tanpa menggunakan perhitungan- perhitungan itu. Kita sepantasnya belajar kepada wanita, penggendong keranjang, yang ternyata hanya penjual ikan asin keliling itu, mau berbagi…… Ciri-ciri orang yang kaya hati, dia adalah orang yang pandai bersyukur, tulus dan ikhlas, rendah hati dan mau berbagi. Semoga cerita tadi, menginspirasi kita, untuk hidup lebih baik, dengan modal kaya Hati, yang bisa kita bangun dalam diri kita, sebagai fondasi hidup Kaya dan Bahagia. 

dari email temen ... 
|
This entry was posted on 16.00.00 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: